Minggu, 16 Februari 2020

MY 1ST MONTH OF JAPAN'S LIFE


11 Februari 2020 00:55, aku baru saja selesai menulis buku harian. Malam tadi paket roamingku habis sudah. Tapi mataku belum mau terpejam, daripada sia-sia aku pilih untuk meluangkan waktu di sini. Di note smartphone ku yang tidak smart.

Cieee setelah menceritakan seminggu pertama, sekarang sebulan pertama. Apakah ini pertanda bahwa Alya sudah berubah dan akan rajin menulis? Tentu saja tidak. Kalau malas lebih mengalahkanku, aku bisa apa? Salah satu warga Twitter pernah bilang, sekuat apapun kalau Tuhan sudah kasih ngantuk, hambaNya bisa apa? Maka yasudahlah. Kalau nanti aku kalah dengan malas dan ngantuk, yasudahlah. Tapi dengan sekuat tenaga kuserang balik.

Masih soal Jepang yang baru kupijak beberapa minggu lalu, aku mau melanjutkan cerita. Kalau diukur-ukur dari tingkat urgensi, kewajiban, dan faktor-faktor lainnya, menulis hal-hal seperti ini seharusnya jadi yang terakhir dilakukan. Tapi gimana? Aku bisa gila kalau tidak meluangkan waktu untuk hobi menulisku. Aku perlu menyelamatkan diri sendiri.

Aku baik-baik saja, itulah kabarku. Udara di Jepang sungguh memiliki kualitas yang berbeda jauh dengan Cikarang. Sangat amat. Apalagi di sini tidak ada abang-abang jajanan pinggir jalan, jadi jajanannya lebih sehat. 

Tapi tetap saja sih kangen. Kangen gorengan yang bercampur asap kendaraan, kangen baso dan micin-micinnya, kangen bubur ayam demi apapun ga bohong inimah:(( pernah sekali berdebat dengan Reksa (teman magangku) soal bubur diaduk dan tidak diaduk. Rasanya hampa sekali. Kami memperdebatkan makanan yang tidak bisa kami makan hingga Januari 2021 nanti:") tak perlu dihitung berapa lama lagi, lukaku tak perlu ditambah garam.

Aku juga kangen martabak yang bisa diakses tiap malam-malam gabut yang perlu manis-manis. Aku baru sebulan di sini and I'm craving for Indonesian food:(( Di Toride nih beneran gak ada abang-abang pinggir jalan:( aku pengen kasih tahu ke mereka kalau peluang bisnis terbuka lebar jika kalian buka warung kopi, wedang, atau sekadar pecel lele di depan rumah masing-masing. Kenapa orang Jepang gak bisa melihat peluang usaha sih:") WKWKWK LUCU BGT AL LUCU. Oke, lupakan.

Lantas, bagaimana kabarmu? Semoga kamu juga baik-baik saja. Aku tahu Cikarang masih panas, tidak perlu kutanyakan sebab seumur hidupku, pun aku memang tinggal di Cikarang. Bagaimana keadaan di sana sudah ku hafal tanpa sengaja. Kuingat setiap sudutnya yang penuh sesak. Ramainya Cikarang, sungguh meramaikan hidupku juga.

Di sini dingin, berlipat-lipat ganda. Dan hal itu membuatku mengenakan pakaian yang berlipat-lipat ganda pula. Aku bahkan mengenakan 2 kaos kaki sekaligus donggg kurang wow apa. Pakai baju 3, celana + legging, pakai sarung tangan pula sebab jari-jari serasa beku. Jadi setiap aku dan teman-temanku sedang mengenakan sepatu dan semua peretelan-peretelan untuk melindungi dingin, Rere selalu bilang, 'kita kaya mau perang ya' WKWKWK IYA PERANG LAWAN SUHU.

Beberapa hal yang membuat satu bulanku menyenangkan adalah bagian jalan-jalannya. Alhamdulillah aku sempat ke Ueno, Tokyo. Di sana aku keliling Asakusa. Bangunan-bangunannya bagus...aku hanya mampu mengagumi. Betapa manusia dengan jiwa-jiwa seni mampu membahagiakan hati orang lain dengan karyanya. Mampu memberikan hadiah bagi setiap mata yang memandang. Di sana banyak sekali jajanan; mulai dari makanan, pernak-pernik, kaos, oleh-oleh, macam-macam lah semua ada. Kalau jodoh dicari di sana juga mungkin ada. Coba saja.

Dari Asakusa, aku dan teman-teman pergi menuju Tokyo National Museum. Parah sih depannya aja keren banget. Dan di sebrangnya ada taman yang sungguh amat luas. Seluas hati ibu menyayangi anaknya. Kayaknya gitu deh konsepnya. Habisnya sangat membuat nyaman. Belum apa-apa sudah disambut dengan air mancur dan deretan bunga. Gedung-gedungnya benar-benar juara. Ada kebun binatang, kuil, bahkan food truck, pertunjukkan seni, musik, yaampun apa aja ada tapi sayangnya ga nemu seblak. Lagi-lagi ada peluang usaha yang dilewatkan masyarakat Jepang.

Sebenarnya kami mau coba makan di toko yang serba halal gitu namanya Ayam Ya, tapi pas sampai di sana ternyata tutup. Tokonya pindah dong guys:") tapi di dekat situ ada taman bermainnya. The real taman bermain yang ada perosotan, ayunan, dan pokoknya kalo tidak mengingat umur sendiri, aku mau ikutan main juga. Kami duduk-duduk rehat di sana sambil searching mau makan dimana. Hingga akhirnya pilihan jatuh ke Saizeria karena dekat dengan stasiun biar sekalian pulang.

Lalu dilain hari, aku berhasil mewujudkan salah satu impianku untuk berkunjung ke perpustakaan. Special thanks untuk Erizal yang mau membantuku dan Anggita yang sempat kebingungan karena tak tahu arah menuju perpustakaan. Ditambah Alu yang akhirnya ikut juga. Saat sampai di perpustakaan, sungguh benar-benar perpustakaan. Hah gimana? Wkwk. Penuh buku yang aku sukai. Penuh orang yang membaca. Sedihnya aku hanya mampu duduk dan mengambil buku cerita anak-anak. Kemampuan kanjiku mengkhawatirkan, tak ada novel yang mampu kubaca. Buku dongeng anak-anakpun aku baca dengan bantuan kamus wkwk.

Selain jalan-jalan sendiri, gakkou (sekolah) tempatku belajar juga menyediakan study tour ke beberapa tempat yang sangat menarik. Pertama, kami diajak ke Bantar Gebang-nya Toride wkwk. Super canggih, super besar, super bersih, ini tempat pengolahan sampah yang kalau ditiru Indonesia maka setengah permasalahan di negeriku mungkin bisa selesai. Halah. 

Kedua, ke tempat simulasi bencana. Parah sih aku seneng banget karena bisa ke sini. Kami diajak ngerasain gempa, taifu, memadamkan kebakaran, pokoknya seru kaya ke Dufan.

Alhamdulillah setelah beberapa hari, kami dikasih kesempatan untuk mempraktekkan cara melindungi diri dengan dikasih gempa beneran:( aku ingat betul bahwa itu jam 2 pagi, iPhone kak Mirha teriak kencang-kencang, "Jising desu, jising desu!" (Ada gempa! Ada gempa!). Berkali-kali.

Aku terbangun, memanggil nama kak Mirha, dan yaudah. Getar semuanya; mulai dari kasur tempatku tidur, lampu kamar, dan semua benda-bendanya yang ada. Yang kulakukan pada saat itu hanya sampai terduduk di kasur lantai 2, tidak turun, tidak melindungi kepala dengan bantal, tidak berlindung di bawah meja. Pokoknya ilmunya gaada yang dipake dan lanjut tidur lagi:") aku beneran warga santuynya Indonesia ternyata. Tanah air, aku sudah cukup membanggakankah?

Dan yang terakhir, kami berkunjung ke Kirin Beer. Iya. Beer. Apakah kami dibolehkan minum beer di sana? Yap. Dibolehkan. Maksimal 3 gelas. Tapi karena aku muslim, aku memilih untuk minum jus jeruk dan jus apel. Jus apelnya enak:( rasa Fruittea Apel tapi ini lebih segerrr. Enak pokoknya mau bawa pulang buat stock tapi gagitu cara mainnya... Ini study tour bukan kondangan ke nikahan tetangga. 

Yaudah abis minum-minum, pulang deh. Pulang ke gakkou untuk belajar lagi WKWKWK serius ini. Belajar! Nulis nikki (diary dalam bahasa Jepang) dibuku yang sudah disediakan gakkou. Setiap hari memang harus ditulis. Beserta kotoba (kata) baru perhari minimal 3 kotoba. Sejauh ini sudah lebih dari 10 hari aku tidak mengisi bagian kotobanya karena sibuk baca novel. 10hari x 3kotoba = 30. Wow. Hebat sekali Alya dalam menumpuk pekerjaan dan mengejar deadline.

Kak Efri pernah bilang, bener kata Shinchan kalau seluruh kota merupakan tempat bermain yang asik. Nah. Setujuuu. Akutuh ya di sini jalan-jalan ya benar-benar dihabiskan dengan "jalan". The real jalan dengan menggunakan kedua kaki. Jaraknya bisa satu jam untuk sampai ketujuan, misal ke Wonder Rex. Atau ke Daiso dan perpustakaan bisa setengah jam. Tapi ya menyenangkan aja. Mungkin karena dilewati bersama teman-teman jadi tak puas-puas obrolan kami habiskan diperjalanan. Cape sudah pasti, kakiku kalau punya mulut mungkin sudah teriak-teriak minta tolong karena lelah. Tapi lelahnya terbayar. Lelahnya membahagiakan.

Yap begitulah rangkumannya. Banyak sekali yang ingin kubagi tapi mengetik dengan HP sedikit-banyak menyusahkanku. Salah satu penyesalan terbesarku tak membawa serta notebook untuk keperluan menulisku. Tapi biarlah. Biar perjuangan menulisku ada ceritanya, ada keluh kesahnya, agar kubagi dengan kalian yang membaca. Oleh karena itu, aku akan datang lagi. Tunggu saja, nanti akan kuberi kabar. Dadah.

Senin, 10 Februari 2020

JALAN TAK ADA UJUNG

Engkau akan biasa pada kekerasan. Manusia punya tenaga menyesuaikan diri yang amat besar.

Gimana ya ini openingnya... Sudah hampir 5 menit jari-jari ini mengetik dan hapus. Pertama-tama aku mau bilang kalau aku senang sekali karena bisa bertemu sama novel Mochtar Lubis yang judulnya Jalan Tak Ada Ujung. Umur novelnya seumur kakekku; terbit tahun 1952, dan yang kupegang ini bisa jadi kakakku. Sebab ini cetakan ketiganya, terbit tahun 1993. Kedua, aku mau bilang makasih ke Alu karena sudah berbaik hati meminjamkan novel ini ke aku. Makasih juga karena sempet nemenin ngobrol disela-sela pelajaran untuk sama-sama melawan kantuk.

Setting waktu novel ini dimulai dari September, 1946. Indonesia baru merdeka, dan perang masih dimana-mana. Bahkan baru beberapa lembar kubaca, aku langsung disuguhkan dengan kematian, "seorang dari kanak-kanak itu dengan tidak berteriak apa-apa tersungkur ke tanah, menggelepar dua kali, dan kemudian  terbaring diam-diam dalam debu jalan". Begitu susunan kalimatnya, sungguh penggambaran mati yang menyesakkan dada.

Tokoh utama dari novel ini adalah Guru Isa. Seorang yang bernama Isa dan bekerja sebagai guru. Seorang penakut yang merasa tidak perlu berjuang demi kemerdekaan, jangankan untuk negeri, dirinya sendiri lebih sering dijajah rasa takut. "Ia akan merasa terluka hatinya, jika dikatakan padanya, bahwa perasaan yang dirasanya sekarang adalah rasa takut. Tetapi pada dirinya sendiri dia tidak hendak mengakui, bahwa ia takut". Kalau ditelusuri, keyword "takut" pasti akan ada banyak sekali. Sungguh.

"Dia tidak akan bertanya. Takut. Kalau dia bertanya, dia akan tahu, apa yang disangkanya sesungguhnya terjadi. Dan semua yang akan terjadi karena hal itu, lebih menakutkan hatinya". Pun aku maupun kamu pasti pernah ada diposisi Guru Isa; dimana mendapat jawaban justru bukanlah sebuah kebebasan, namun pintu gerbang menuju penderitaan lain. "Dia ingin membuat konfortasi. Dia tidak bisa tahan lagi hidup seperti ini. Apakah dia cinta padanya dan menolongnya, atau dia harus pergi. Tetapi dalam hatinya sendiri dia takut, bahwa keputusan yang akan diambil, dia sendiri tidak berani hadapi dan terima". Kenapa harus sebegitu menderita dan menyedihkan?

"Dia telah dapat merasakannya. Sekarang juga sudah. Tetapi seperti biasa dia tetap juga mengharap. Meskipun hatinya mengharap penuh ketakutan, dan telah tahu bahwa apa yang ditunggunya tidak akan datang".

Menariknya, bahasa pada novel ini tidak terlalu berat meski umurnya jauh di atasku. Perang, darah, tembakan, semua tergambar dengan baik di novel ini. Sederhananya mungkin karena sang penulis melihat kejadian-kejadian memilukan itu dengan matanya langsung. Jadi kalimat-kalimatnya langsung sampai, langsung dapat dipahami dengan mudah. 

Guru Isa diceritakan dengan sangat sederhana; hidupnya, pikiran-pikirannya, bahkan tujuan hidupnya. "Dia melihat ke meja, dan berpikir dalam hatinya. Sedikit benar sebenarnya yang mereka perlukan untuk dapat hidup dan bergembira. Beras dua liter sehari, sedikit lauk pauk dan sayuran. Sedikit gula untuk kopi. Dan sekali sebulan sehelai kebaya untuk Fatimah dan baju untuk Salim. Kemeja atau celana untuk dirinya sendiri".

Dia masih terikat. Masih banyak yang mengikatnya. "Aku masih terikat oleh dunia tempat aku dari kecil menjadi besar. Aku terikat kepada hormat dan patuh anak terhadap ayahnya, kepada ketertiban seseorang dalam masyarakat, pada kepercayaan kesetiaan berkawan. Aku masih terikat pada perasaan apa yang akan dirasa dan dipikir orang lain terhadap diriku," -Hazil

Second lead dari novel ini bernama Hazil; sungguh berkebalikan dari Guru Isa. Hazil diceritakan dengan semangat menggebu-menggebu tentang janji-janji kemerdekaan, tentang harapan-harapan kebebasan yang perlu diperjuangkan. Guru Isa "terjebak" dalam lingkup orang-orang macam Hazil yang memaksanya untuk ikut berjuang. "Muda-muda benar anak-anak yang berevolusi ini. Diantara mereka berapa banyak yang berjuang dengan sadar apa yang dipertaruhkan oleh bangsanya, dan berapa banyak pula yang menganggap ini suatu permainan, suatu pencarian pengalaman hebat?". 

Meski takut setengah mati untuk berjuang, namun Guru Isa lebih takut jika tidak ikut berjuang. Ia takut dipandang lemah, ia takut pada orang-orang asing yang akan mendatanginya jika ia sendirian. "Telah begitu lama dia mengikuti anak-anak perjuangan ini yang dapat tertawa bercakap-cakap dengan maut, masih saja dalam hati Guru Isa tidak bisa timbul kegembiraan untuk perjuangan. Hatinya terlalu takut untuk merasa gembira".

"Orang hidup seharusnya melupakan mati. Jangan menyinggung-nyinggung maut. Karena mati tiada indah dan tiada menarik. Tapi hidup juga tiada indah dan tidak menarik. Penuh dengan teror dan ancaman. Dan rasa takut yang memburu-buru. Juga dalam tidur dan mimpi. Tidak ada pelepasan dan pembebasan dari hari ke hari. Siang dan malam. Sekarang dan esok. Di balik esok telah menunggu pula ancaman baru. Dan di belakang ketakutan baru".

Dari semua keseriusan perjuangan dalam novel ini, ada satu waktu dimana aku tertawa. Iya, aku tertawa saat sedang tegang-tegangnya misi penyelundupan senjata. "Ini bisa berbahaya," kata Hazil, "kita pergi membawa senjata dan membawanya ke Manggarai. Lalu kita selundupkan ke Karawang. Engkau masih berani?" Dullah berkata, "Kalau Bapak Guru dan Bapak berani, mengapa saya tidak berani?". Mendengar itu Guru Isa berkata dalan hatinya, 'saya tidak berani, mengapa saya harus ikut?'

LIKE....WKWKWK APAAN SIH BENERAN CUPU BANGET NIH ORANG PEGEL BACANYA. Tapi yasudahlah. Selebihnya aku tak tertawa lagi. Jadi mari kita lanjutkan.

Guru Isa sudah menikah dengan seorang bernama Fatimah. Pun memiliki anak bernama Salim. Meski Salim diangkatnya menjadi anak, dan bukan anak kandungnya. "Fatimah tidak pernah tidak setia pada suaminya. Barangkali memang perempuan lebih dapat menahan diri daripada laki-laki dalam keadaan serupa ini, atau pendidikannya menahannya". Sungguhan! Entah berapa kali faktor pendidikan menyelamatkan hal-hal memalukan yang bisa saja kulakukan, namun pendidikan menahanku. Meski tetap banyak hal-hal memalukan yang tetap kulakukan...tapi setidaknya...yah..... "Orang tidak terlalu muda untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa bikin menyesal setelah melakukannya, dan tidak terlalu tua untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang jika tidak dilakukan di kemudian hari akan membawa rasa sedikit sayu, sedikit menyesal, dan pertanyaan-pertanyaan; mengapa tidak aku lakukan dulu?"

Jadi pilihannya hanya dua; menyesal tidak melakukan atau menyesal melakukan. Dulu, prinsipku ada dipilihan pertama. Sekarang, sejak umurku menginjak 20tahunan, pilihanku jatuh pada nomor yang kedua. Terlalu banyak penyesalan-penyesalan atas apa yang tidak kulakukan maka aku perlu berontak. Terserah dunia mau bilang apa.

"Tidak, aku tidak suka pada orang yang berpura-pura,". Dia terdiam setelah mengatakan ini, karena sekarang dia juga harus memasukkan dirinya ke dalam mereka yang berpura-pura. Tidak pernah terlintas ke dalam pikirannya bahwa tidak ada manusia yang tidak berpura-pura di dunia ini. Macam-macam sebab orang berpura-pura. Ada yang hendak menyembunyikan ketakutannya, kesedihan hati yang ditanggung, menyembunyikan kegembiraan hati, menyembunyikan kesombongan hati. Yang seorang hendak menyembunyikan kepalsuan, yang lain menyembunyikan kebenaran.

Tapi novel inituh banyak plot twistnya. Serius deh. Apalagi diakhir-akhirnya. Guru Isa yang penakut itu justru adalah orang yang tidak bisa dibuat berlutut oleh penjajah. Saat dia ditangkap dan disiksa macam-macam untuk mengakui seluruh perbuatannya demi membantu perjuangan, dia hanya mampu berkata, "seluruh jiwaku menjerit minta mengaku, tetapi lidahku kelu karena kesakitan dan ketakutan. Tetapi kita tidak boleh mengalah pada ini. Orang harus belajar hidup dengan ketakutan-ketakutannya".

Dan novel ini ditutup dengan, "dia telah menguasai dirinya sendiri. Tiada benar dia tidak merasa takut lagi. Tetapi dia telah damai dengan takutnya. Telah belajar bagaimana harus hidup dengan takutnya". So its okay to be afraid. Kamu tidak perlu jadi pemberani, kamu cukup menerima takutmu dan melanjutkan hidup. Bukankah itu sudah suatu keberanian untuk tetap melangkah dengan semua risiko yang belum kamu ketahui apa yang akan kamu dapat?

Selasa, 04 Februari 2020

SURAT UNTUK VEREN

Sepertinya ini saat yang tepat untuk kembali mengganggu Veren dengan tulisan-tulisanku. Hobiku memang menulis; apapun itu, dimanapun itu. Salah satu yang paling menyenangkan bagiku adalah menulis surat, meski kadang menyulitkan orang-orang yang menerima dan membacanya. Tapi tak apa, sebab hobi keduaku adalah menyusahkan. Oke. Sip.

Untuk pembukaan, aku mau post ulang salah satu suratku.

Untuk 'de' yang selalu kupanggil.

De, aku gabisa larang kamu buat gabikin masalah. Sebab selama ini, pun aku memang sumber masalah.

De, aku mau pesan banyak hal tapi semua kata lenyap tiap berkaca diri. Pun aku bukan manusia yang layak ditiru.

De, aku ini memang gaada bagus-bagusnya. Jadi kaka juga gaada fungsinya. Gabisa apa-apa. Bisaku cuma menyayangimu.

De, aku tahu kamu pasti akan baik-baik saja. Terima kasih karena sudah selalu jadi manusia kuat. Ayo lebih  kuat lagi.


  • Veren itu siapa?
Biar aku kenalkan dulu. Nama lengkapnya Veren Karmeilita. Aku lupa tanggal lahirnya, tapi aku yakin tahunnya 1998. Nanti kutanyakan lagi. Veren biasa aku panggil 'de', sebab memang umurnya lebih muda dibanding aku. Lalu soal kedewasaan? Tentu saja. Tentu saja Veren yang lebih dewasa WKWK.

Dia yang selalu datang untuk menjemputku sarapan. Tanpa dia, entah berapa sarapan yang akan aku lewati karena malas. Dia yang selalu mengajakku untuk membawa bekal makan siang. Tanpa dia, entah berapa siang yang perlu aku isi dengan somay. Dia yang selalu melarang minum kopi, tapi justru selalu datang tiba-tiba dengan kopi. Tanpa dia, entah berapa kafein yang tidak tercukupi dalam hidupku.

  • Veren dimana?
Veren bisa dimana-mana, tapi lebih sering di sampingku. Halah.

  • Veren kenapa?
Tentu saja dia tidak apa-apa. Dia baik-baik saja. Dia sehat walafiat dan tidak kekurangan suatu apapun. Tolong doakan dia untuk selalu sehat dan bahagia. I love her. She deserves the world.

  • Veren bagaimana?
Pertama, dia cantik. Matanya sipit dan berkacamata. Kulitnya putih. Ayahnya memang orang China. Genetiknya terlalu bagus untuk tidak membuatnya cantik. Senyumnya manis, apalagi dengan deretan gigi gingsulnya. Kalau pakai baju suka nabrak-nabrak tapi cantiknya membantunya. Lama-lama aku jadi soudzon, jangan-jangan sebenarnya Veren jago fashion tapi cuma merendah saja karena aku tidak pandai berpakaian.

Veren itu cepet banget. Segala sesuatu yang ia kerjakan pasti lekas selesai. Anaknya asik, gamau ribet, tapi bablas jadi cuek bebek. Suka banget makan, apa aja dimakan asalkan itu makanan. Partner ku dalam makan banyak pokoknya. Lalu soal minuman, dia bisa disamakan dengan unta. Manusia yang bikin tagihan galon jebol pokoknya wkw. Aku sebaliknya, aku jarang minum air bening. Sebab kalau air putih itu susu. Yaela, Al. Kalau ditotal, jumlah kafein yang aku konsumsi sudah dapat dipastikan akan lebih banyak. Aku malas dimarahi Veren, jadi kita harus akhiri pembahasan kafein ini sekarang.

Soal kebiasaan-kebiasaannya yang aku ingat, kalau dia sudah pada puncak marahnya, maka kotoba (kata) yang akan keluar dari mulutnya adalah gila ibab wkwk. Itu bahasa Palembang dan satu-satunya kotoba yang mampu kuingat saking berkesannya.

Khusus untukku, kalau Veren sudah mulai gerah dengan tingkah lakuku yang menyebalkan, maka dia akan meneriakkan nama lengkapku, "ALYA ANASTASYA HARSONO," dengan kencang dan penuh kebencian. Kalau digambarkan dengan kata mungkin akan seperti ini; "ALYA ANASTASYA HARSONO!!!!!!!" Sungguh akan terdengar bahwa aku menyebalkan dan aku harus tahu itu. Wkwkw. Maka aku suka membalas dengan nama lengkapnya juga. Tentu dengan intonasi yang sama; bahwa dia menyebalkan dan kalau bisa satu dunia harus tahu itu.

  • Veren itu apa?
Manusia, tentu saja. Malaikat mah aku. WKWKWKWKWKKWWK.

Tapi setengah panda. Sebab sama sepertiku, kerjanya hanya rebahan. Kerjaan lainnya adalah ketiduran saat rebahan. Tidak akan beranjak dari kasur kalau tidak ada kepentingan. Kasur adalah hidup, maka hidup harus dipenuhi kasur.

  • Veren itu kapan?
Kapan apasih dih gajelas banget wkwk.

Kapan pertama kali kenal Veren itu sekitar bulan Juli/Agustus 2019. Lalu kita dekat, makin dekat, bahkan semua orang bilang kalau ada aku maka akan ada Veren. Aku belum mengerti kenapa kita selalu berdua. Alasan utamanya mungkin karena aku suka menyusahkan Veren. Dan karena ia baik hati, jadi selalu bisa menerima dan menemaniku.

Kapan aku dan Veren bisa sangat kompak? Saat melakukan hal-hal bodoh yang--jangankan orang lain, kami berdua pun suka tidak mengerti kenapa bisa kami melakukan hal-hal bodoh yang gak masuk akal. Maksudnya, sebagai teman dan adik yang baik, bukannya kalau aku dikiranya akan melakukan hal bodoh maka tugas Veren adalah menghentikanku, bukan? Tapi dia malah mendukungku. "Pura-pula gila ajalah, kak," gitu katanya:( WKWK. Lalu entah kenapa aku juga sama gobloknya. Sebagai teman, bahkan orang yang lebih tua, bukannya harus menjadi contoh yang layak? Bukannya tugasku adalah mengingatkan risiko-risiko akan hal-hal bodoh yang ia lakukan? Tapi justru malah kudukung dan mengatakan, "ya pura-pura gila lah, de," WKWK. Lingkaran setan macam apa ini.

Kapan waktu favoritku bersama Veren? Saat berjalan untuk membeli jajanan, saat sampai di tukang jajanan, dan saat makan jajanan. Yang terbaik dan selalu jadi pilihan kita bersama adalah Surabi Solo rasa keju. Please lah itu enak banget. Aku tidak sanggup menggambarkam enaknya karena percuma. Hanya membuat ingin tanpa bisa kubeli untuk saat ini. Kedua, telur gulung. Bahkan traktiran jajanan terakhir yang Veren berikan padaku adalah telur gulung. Ketiga, ayam goreng depan Indomaret. Ini ceritanya jadi sedih karena abangnya tiba-tiba engga jualan lagi. Pindah gatau kemana. Bisa-bisanya dia bikin aku dan Veren patah hati:") bagaimana bisa ditinggalkan harus sesakit ini...

Oh iya soal traktiran jajanan terakhir yang Veren berikan, aku juga sempat menulis surat untuknya. Akan aku cantumkan di bawah. Agar Veren baca lagi, agar Veren lebih bete lagi karena harus baca untuk kedua kali.

10 Desember 2019 22:18

De, aku nih memang suka banget minum kopi. Tapi waktu aku bilang aku mau ngurangin minum kopi, aku serius. Pun biar kamu bilang, "Hoax, Alya!!"😂

De, kamu harus tahu kalau aku selamat berkali-kali karena kopi. Kantukku mungkin sudah menyerah dengan kafein, tapi kecewaku belum. Pun meski kafein tak menghilangkan kecewaku, hanya mengalihkan.

De, aku banyak minum kopi dengan banyak kondisi. Marah, senang, terharu, kecewa, bahkan sedih dan sakit hati. Pun hari ini aku minum kopi sedih. Tanpa kupesan. Tanpa kuingin datangnya dari kamu.


Yap. Begitulah isi suratnya. Aku harap adikku Veren masih mengingat beberapa katanya. Tapi lupa pun tak apa. Sudah aku ingatkan dengan surat ini. Kalau setelah ini, pun ia lupa lagi, maka tidak apa-apa. Aku akan datang lagi dan mengingatkannya. Aku akan selalu datang. Soal diterima ataupun tidak, aku tidak peduli. Sebab di masa lalu, Veren tidak pernah menyerah menyeretku untuk bangun dari kasur dan hidup dengan lebih banyak bergerak.

Jadi, sekarang, saat ini, dan seterusnya.. biar aku yang datang. Biar aku yang merengek minta didengarkan. Biar aku yang teriak-teriak untuk dipedulikan.

Semoga Veren-ku selalu sehat dan dipenuhi dengan makanan-makanan enak. Sebab aku tahu betul bahagianya adalah makan. Jadi aku berdoa untuk setiap kebutuhan jajanannya. Terima kasih atas semuanya de, aku sayang kamu de. Love u!!

Sabtu, 01 Februari 2020

TENTANG A.W DAN I.W (III)

Parah sih sama sekali tidak menyangka kalau akan ada part selanjutnya dari judul postingan ini. Tapi aku senang, kalau cerita ini berlanjut artinya orang-orang yang selama ini aku sayangi sejak di bangku sekolah masih Allah kasih kesempatan untuk mengisi hari-hari di bangku kerjaku. Semoga terus hingga di bangku masa tua nan jompoku. Aamiin.

Alasan kenapa cerita ini bisa berlanjut pastinya karena Indah dan Wisnu masih ada untuk aku susahkan. Kalau kasusnya Indah, dia memang tidak pernah pergi. Indah selalu ada di sana, ditempat yang selalu bisa aku datangi kapan saja dalam kondisi apapun. Indah yang tidak hanya menyediakan telinga untuk mendengarkan, namun juga dengan kalimat-kalimat yang mampu menguatkan, mengingatkan, hingga menjatuhkan wkwk kadang aku yang bego ini memang butuh disadarkan untuk kembali kekenyataan. Dan Indah di sana, selalu ada dengan tangan terbuka untuk merengkuh aku dengan tampar maupun peluk. Tangannya memang diciptakan bukan sekadar untuk membelaku, namun bisa tegas menyalahkanku kalau aku mulai salah jalan. Terima kasih Indah.

"IW-ya, Alya juga di sini," merupakan satu-satunya kalimat yang mampu aku kasih ke Indah. Bahwa kapanpun dia butuh, Indah bisa langsung menemuiku. Bahwa kapapun dunia menyerangnya, meski tak bisa kulawan semua wkwk, setidaknya aku akan tetap menjadi tamengnya. Menjadi wadah keluh kesahnya, suka citanya, hancurnya, bahagianya. Aku mau Indah tahu kalau hatiku cukup besar untuk menampung runtuhan deritanya eaaa. Geli banget Alya wkwk. Dan aku juga berterima kasih karena Indah masih selalu menyempatkan datang. Aku selalu berharap Indah datang dengan hal-hal baik nan menyenangkan. Bukan karena aku malas mendengarnya mengeluh, aku cuma ingin segala yang indah-indah untuk Indah. Aamiin.

Baiklah sekarang soal Wisnu...

Wisnu sempat menghilang. Tidak tahu kemana. Selain faktor Wisnu yang pergi tanpa pamit, aku juga menjadi faktor yang menyebalkan. Aku tidak mencarinya. Aku membiarkan dia tidak berotasi di duniaku. Tapi aku tidak akan meminta maaf. Sebab aku yakin perginya Wisnu pasti punya alasan baik yang sulit ia jelaskan. Sebab aku tahu ketiadaan Wisnu pasti sedang berjuang atas sesuatu yang ingin ia gapai. Sebab aku tahu, Wisnu pasti baik-baik saja. Dan dia, Wisnu-nya Alya dan Indah, pada kenyataannya memang baik-baik saja. Terlepas dari berbagai derita dan rintangan yang harus dia lewati entah apa itu. Terima kasih karena selalu menang atas perangmu dengan hidupmu, Wis.

"Tapi Wisnu-ya, kamu punya orang-orang yang ingin diajak berjuang bersama," merupakan kalimat yang selalu ingin aku sampaikan ke Wisnu. Tidak mampu secara langsung sebab memang belum ada kesempatan lagi untuk bertemu. Tapi nanti Wisnu bisa baca. Harus bisa karena postingan ini akan aku share ke dia. Termasuk yang Tentang A.W dan I.W part I dan Tentang A.W dan I.W part II haha apakah ini sudah saatnya penjajahan atas Wisnu kembali dimulai? Bahwa membuat Wisnu menderita merupakan jalan ninjaku dan Indah yang perlu dilanjutkan? Bahwa waktu-waktu Wisnu pergi harus dibalaskan dengan kesusahan-kesusahan yang perlu aku dan Indah limpahkan? Wkwkw ampun Wis.

Long story short, Wisnu is back. Wisnu kembali. Dia datang lagi yeay. Wisnu yang entah dimana, lagi ngapain, makan apa, sama siapa ituuuuu datang melalui chat Whatsapp. Terima kasih Wisnu, sudah datang ke Alya duluan. Aku bahkan sudah mengatakan kalimat itu secara langsung ke Wisnu. Dan tahu apa? Wisnu masih sama. Masih Wisnu yang dulu; sebelum dia pergi. Dan malah jadi semakin baik:(

"Tes. Assalamualaikum," begitulah awalnya semua reuni ini bermula. Chat itu datang pada tanggal 20 Januari 2020 pada jam 06:09 waktu Toride, Ibaraki. Wisnu ternyata ada di Jepang juga:") Berkah ke Jepang ternyata mampu membawaku ke berkah untuk bertemu lagi sama Wisnu. Allah yang Maha Baik itu selalu mempertemukanku dengan orang-orang baik. Allah yang Maha Baik juga selalu memanjakanku dengan kebaikan-kebaikannya. Terlalu romantis.

Temannya Wisnu adalah temanku merupakan kalimat yang mampu meringkas cerita ini haha. Jadi aku magang di perusahaan yang sama kaya teman kuliahnya Wisnu; Anggita dan Dicky. Dunia itu sempit, yap that's right. Sekadar info selingan, Wisnu sudah di Jepang sejak 11 Januari 2020. Tapi Wisnu di Aichi:") jauh euy:")

Kami tukeran cerita. Banyak banget. Bisa dibilang itu pertama kalinya Wisnu bisa bawel cerita ini itu. Salah satu perubahan besar yang aku rasakan dari Wisnu. Senang akhirnya Wisnu bisa cerita balik ke aku, bukan aku doang yang dongengin Wisnu. Satu hal yang paling bikin terharu adalah dia menitipkanku dong ke Dicky. Bayangin. Coba bayangiiiin. Wkwk apaan si. Awalnya sempet ga percaya Wisnu begitu sampai-sampai aku kakuning (cek ulang? Apasih wkw menegaskan kembali gitu dah) ke Dicky. Masa iya Wisnu begitu? Dan dikirimin screenshotnya dong beneran Wisnu nitipin aku yaampun terharu temanku yang dulu cuek bebek banget bisa khawatir jugaaaa.

Wisnu juga sempat mengajarkan aku masak hehe iya aku masih temannya Wisnu yang tidak berbakat dan tidak berguna:") tapi Wisnu juga masih sama ko ada bego-begonya dikit wkw dia ke Jepang ga kepikiran coba mau bawa apa aja yaampun:( untung apatonya ada wifi walaupun di perdesaan jadi dia tidak terisolasi banget:( apalagi dia katanya deket kan tuh sama pantai jadi engga tenggelem-tenggelem amat;( tapi iri juga karena aku ketemunya di sini sama gedung mulu, sementara Wisnu kanan kiri depan belakangnya pantai coba huhu.

Wisnu masih rajin kaya dulu. Sekarang bahkan jadi rajin belanja sayur katanya. Apalagi karena harus masak sendiri kan. Aku sempet ngeluh kenapa jarak kita engga deketan aja kan jadi bisa menggantungkan hidup ke Wisnu, dan menggangu Wisnu wkwk tapi dengan baiknya dia bales, "iya kan jadi bisa bertukar pikiran soal masak, belanja, dll" yaAllah temanku hatinya melebihi malaikat:((

Kami sudah punya janji bertemu meski entah kapan. Doakan saja semoga reuninya tidak hanya di room chat. Semoga akan ada part-part lain dari postingan ini. Sungguh ingin menulis lagi dengan Indah dan Wisnu sebagai subjeknya. Terima kasih kalian, semoga selalu dalam lindungan Allah.

MY 1ST WEEK OF JAPAN'S LIFE

20 Januari 2020, 22:38 waktu Toride, Ibaraki, Jepang.


Aku nulis ini di handphone, sambil rebahan di bawah danbo (penghangat ruangan). Kasurku tingkat 2 gitu kaya dipesantren, nah aku di atas. Di bawahnya ada siapa? Kak Mirha, namanya. Nama panjangnya Mirha Yulinda. Jadi pas dikocok untuk pembagian kamar, kami mendapatkan kamar terkecil dan hanya bisa dihuni 2 orang. Kenapa dikocok? Jadi sekarang, di Jepang nih aku tinggal ber-sebelas manusia dalam satu rumah yeayyy. Supaya adil pembagian kamarnya, dibuatlah kocokan. Selain kita berdua yang berbagi kamar, kamar lain lebih luas. Ada yang berlima dan berempat. Kira-kira seperti itu, bayangkan saja sendiri.

Saat ini lampu sudah padam, kak Mirha sudah pulang lagi ke Indonesia dalam mimpinya. Sudah sampai Riau, rumahnya untuk selalu pulang. Aku di kegelapan, satu-satunya manusia yang belum tidur sepertinya, sibuk mengetik entah apa ini. Sebab banyak janji-janji menulis yang perlu diselesaikan. Banyak kata-kata penyemangat yang tak usai-usai meminta untuk menulis tapi ngumpulin niatnya sulit sekali. Ini juga maksa banget gak sih? Haha tidak ada topik tapi gas teroooos.

Di Jepang ngapain aja? Pertama, jujur aku mah mau Jepang mau Indonesia mau nanti ke Korea juga kerjaannya mah tidur makan bae:( wkwk. Kedua, di sini dingin. Dingin banget. Bangetnya bangettt. Tadi aku mendapatkan informasi bahwa suhu esok akan -2°C dong:") makanya malam ini dingin sekali. Kasihan selimutku, berusaha tetap tegar melindungiku dari udara jahat. Kasian juga ini bibirku pecah-pecah saking dinginnya. Norak banget memang ini sebadan-badan bereaksi semua. Wkwk ampuni dosa hamba yaAllah.

Tadi nyampe no berapa deh? Ketiga ya? Oke, ketiga...aku jajan mulu ih boros banget wkw di Indonesia juga jajan mulu sih. Jarang belanja tapi kalo sudah menyangkut makanan aku tuh imannya tipis:( jadi kalo ditanya di Jepang ngapain, selain tidur hobiku adalah makan guys. Perihal kenapa aku tidak gemuk-gemuk, aku juga belum paham. Tolong kalau kalian paham bisa hubungi aku dan jelaskan. Jelaskan kemana semua makananku pergi. Sia-sia gini boros ke makanan kalo engga ada yang jadi daging heu.

Percayalah teks ini baru dibuka lagi 23 Januari 2020, 23:44 waktu Toride. Lampu kamar masih padam. Masih mengetik dengan handphone. Xiaomi yang layarnya sudah pecah ga karuan tapi yaudah pake aja. Aku juga ga ngerti kenapa mesti begadang kalo jelas-jelas besok pasti ngantuk setengah mati di kelas. Pasti nyiksa diri sendiri dengan maksain buka mata untuk mendengarkan sensei yang sedang menjelaskan di depan. Aku ga paham, tapi selalu aku lakuin. Bodoh tuh memang bisa dipelihara ternyata. Diternak juga bisa jangan-jangan ya?

Cuma mau kasih sedikit info aja kalau akhirnya kehidupan Jepang berhasil membuatku menggunakan koyo hari ini yeayyy. Pakainya dikedua tangan, di atas siku wkwk. Kakiku kaku-kaku juga sih sebenarnya tapi ini gamangdekinakerebanaranai. Masih harus bisa ditahan. Biarin aja gitu jangan manja soalnya hidup di sini setahun dan pastinya akan sering jalan. Aku ingin kedua kakiku tumbuh besar dan mandiri. Minta doanya ya.

Aku mau lanjutin urutan ke-4 tapi udah lupa mau bahas apaan wkwk ini gimana sih otaknya sudah pindahkah atau gimana aku juga tidak paham. APAAN YA INI NO 4 DST WKWWK. Pindah pembahasan ajalah ya:(

Apa yang ada di Jepang tapi gak akan nemu di Indonesia? Apa yang gak ada di Jepang? Apa yang aneh di Jepang? Pertama, (yaelah pake urutan lagi wkwk) setrikaan cuy. Di sini aku tidak memiliki setrikaan:( gapapa sih sesungguhnya aku juga malas setrika cuma minimal kerudungku jadi ga on point gitu ih meuni pikasebeleun:((. Iya aku alay. Gapapa. Kedua, ini saking dingin suhunya pakai masker aja uap napasnya bisa nembus dong:( dan sampai sekarang masih norak aja gitu suka mainin uap napas wkwk biar kaya di drama-drama Korea gitu kan ya yang kalo ngomong ada asep-asep lucunya gitu. Sialnya ga lucu het. Dingin bat sampe ke tulang-tulang.

Ketiga, danbou. Inituh yaampun kesukaan aku banget. Penghangat ruangan gitu, aku biasa panggil dia AC panas. Tanpanya tidurku tak akan nyenyak guys haha. Mau sungkem sama penciptanya. Keempat, apaan ya kira-kira. Oh meronpan haha roti gituuuu. Enak:3 di Indonesia kayaknya sih pasti ada cuma baru tau di sini dan enak, dan lumayan murah, dan kalo beli di Big* lebih murah daripada di konbini (semacam Indomaret). Apalagi aku anaknya laperan jadi cocok kalau diganjel pakai roti, apalagi aku suka roti, dan apalagi rotinya murah, apalagi apalagi apalagi. Maka nikmat Tuhan mu yang mana kah yang kau dustakan.

"Ibadahnya gimana, Al? Makannya?" Jaaa pertanyaan favorit nih. Aku sih tidak merasakan perbedaan yang signifikan soal ibadah maupun makan. Aku di sini bebas, aman, dan jauh dari tatapan-tatapan aneh meskipun pakai kerudung. Entah mungkin karena aku pakai kerudungnya rame-rame sama teman-teman yang lain atau gimana, ya pokoknya santai aja gitu kerudungan. Kaya di Indonesia aja. Sholat juga mudah karena memang sholat kan bisa dimana aja, dan banyak cara-cara untuk memudahkan sholat. Pengalaman pertamaku sholat subuh di pesawat tanpa mukena, dan hanya tayamum adalah salah satu buktinya. Soal sholat-sholat selanjutnya ya sama aja kaya di Indonesia.

Oh perlu diceritakan sedikit bahwa tempatku belajar sebulan ini di Jepang itu membuat ibadahku kondusif. Entah disengaja atau engga tapi kami kelasnya ditaruh di lantai 3. Dimana itu dekat dengan okujou (atap) jadi bisa sholat di sana. Cuma aku selalu sholat di belokan tangga (ya gitu dah pokoknya), walaupun sempit tapi setidaknya bukan di okujou. Karena dingin banget dong ga sanggup:( beberapa kali juga sholat di kelas dan itu tidak masalah. Pokoknya selain ngambil wudhunya yang super dingin, semuanya sama aja. Kadang suka satu kelas sama orang-orang dari negara China dan mereka ya woles aja. Maksudnya, kalau di Indonesia mungkin kita bisa dapat pandangan kurang enak kan atas hal-hal aneh dan baru? Sementara orang-orang China ini lihat kita sholat ya yaudah. Terserah. Mind your own business I don't give a damn.

Tapi ada sih hal-hal yang bikin jadi berkaca diri. Dulu di Indonesia saat sholat beneran gampang banget, apalagi dengan bantuan suara adzan yang super gede dan dimana-mana tuh ngegampangin banget. Sekarang sholatnya harus lihat Google dulu udah masuk waktunya apa belum. Harus buka aplikasi dulu buat lihat arah kiblat. Plus yang paling nyiksa adalah harus nahan dinginnya air saat wudhu. Harus nahan dingin pas sholat yang bikin mikir "ini sholat buat Allah loh, kamu susah payah wudhunya masa iya ga khusuk dan malah fokus kedinginan?". Suka buru-buru karena memang dingin sekali buat napak di sajadahnya dong walaupun kaos kakinya sudah double pakainya, dan kadang saat sholat ya jadi kepikiran. Baca al-fatihah nya sambil ngeluh yaAllah ini dingin banget kan jadi ga khusuk ya:(

Kalo soal makan mah sama aja. Toh aku gak bisa bedain rasa jadi yaudah. Aku makan yang ada. Toh makanku banyak, jadi ya makan aja. Makan pokoknya. Kalau soal jajanan, aku jajan mulu. Uang abis buat perut het bukannya beli barang yang lucu-lucu ya:( gimana dong kalo lucu doang mah ga kenyang:( palingan aku lihat ada dikomposisinya ada kanji butaniku (babi) atau engga. Kalo engga ada, yaudah dengan kekuatan bismillahirahmaanirahiim.

Akhirnya selesai juga teks ini hehe. Sebelum pamit aku mau bilang makasih sama Irma; teman baikku yang lagi senang hehe dan berhasil membuatku senang juga. Sebab dia mau bantuin posting ini di blog akuuuu. Aku di sini tidak ada PC maupun laptop jadi agak susah edit-editnya, oleh karena itulah aku meminta tolong Irma. Walaupun ini sebagian dari tanggungjawabnya juga karena nyuruh aku untuk tetap menulis di Jepang. Love u, Ir.
Love u, all.