Selasa, 14 Januari 2014

AYAT-AYAT CINTA = DI BUKU DAN DI FILM

Assalamualaikum wr. wb.

Sadar ko sadar banget kalo ini mungkin udah sangat amat terlambat dan engga zaman lagi. Tapi mau gimana? Baru baca novelnya beberapa bulan yang lalu. Iya emang saya tuh ga gaul banget, filmnya aja rilis 2007. Iya paham deh saya tuh kudet banget.


Saya dapet pencerahan untuk download novel ini –versi adobe reader- dari seorang calon dokter yang ngaku udah 12x nonton filmnya. IYA. 12 KALI. Kayaknya, disetiap detik film itu, tuh orang udah hafal apa adegannya. Mungkin kalo ditanyapun, dia bisa menjelaskannya di luar kepala.

Sejauh ini, saya udah nonton filmnya 3x. Tapi dari ketiganya itu, saya ga pernah ngerti gimana jalan ceritanya…kenapa bisa film itu dibilang bagus. Poor me. Tolong wajarkan karena waktu itu saya baru kelas 6 SD dan masih polos.

Pas baca novel itu, rasanya pengen banget punya suami kaya Fahri. Wkwkw

Well, itu adalah novel yang amat sangat bagus *standing applause*.

Kenapa?

  • Karena bikin yang baca serasa ada di Arab, ngerasain betapa panasnya matahari saat Fahri mau pergi ngaji. 
  • Banyak banget ilmu agama yang bisa dipelajari secara ga langsung dari novel itu.
  • Belajar perbedaan dari Maria, mengenal betapa indahnya Islam di mata seorang kristian seperti Maria, dan tahu adab menghargai orang yang berbeda agama. Selebihnya bisa dibaca sendiri, karena ini jatohnya udah promosi banget hahaha. 
  • Belajar untuk jadi istri sholehah kaya Aisha *sign. 
  • Belajar ikhlas layaknya Aisha yang bahkan rela memberikan restu pada Fahri untuk menikah dengan Maria.
Anak-anak puitis (re:kurang kerjaan) macem saya mah pasti nyatetin quotesnya:
  • Ya, hidup ini—kata Syauqi, sang raja penyair Arab—adalah keyakinan dan perjuangan. Dan perjuangan seorang mukmin sejati—kata Imam Ahmad bin Hanbal—tidak akan berhenti kecuali ketika kedua kakinya telah menginjak pintu surga. 
  • Kulihat kalender. Melihat kalender adalah hal yang paling kusuka. Karena bagiku dengan melihatnya optimisme hidup itu ada. -Saya selalu nyatet semua hal di kalender HP, jadi ini adalah quote yang bagus.
  • Memang terkadang kita harus kejam pada diri sendiri. Dan sedikit tegas pada orang lain. 
  • Terkadang waktu berjalan sedemikian cepatnya tanpa memberi kita kesempatan untuk berpikir sebenarnya apa yang sedang terjadi pada diri kita sendiri. 
  • Telah kusumpahkan dalam diriku, aku tak akan mengulurkan tangan kepada seorang gadis kecuali gadis itu yang menarik tanganku. 
  • Love is a sweet torment. 
  • Terkadang, tanpa sengaja kita telah menyengsarakan orang lain. Itulah yang mungkin kulakukan padamu. –Kata Fahri ke Nurul atau ga Maria haha lupa. Itu yang dia bilang saat Nurul/Maria ngerasa patah hati saat dia nikah sama Aisha:p
  • Isteriku, aku sangat mencintaimu. Aku tak ingin kehilangan dirimu di dunia ini dan aku lebih tak ingin kehilangan dirimu di akhirat nanti. –Fahri ke Aisha
Setelah terkagum-kagum dengan novelnya, saya penasaran pengen nonton filmnya lagi dan nyari tahu…apakah lebih bagus novelnya atau filmnya. Karena seperti yang kalian ketahui sebelumnya, ada calon dokter yang udah nonton film itu 12 kali. Ternyata pas searching kemana-mana, filmnya engga ketemu. Sedih banget kan kaya drama korea.
Untungnya pas pulang dari Lippo bareng Rahmah, kita sempet ke SGC dan ketemu sama DVD bajakannya. Rasanya menemukan film itu dari beberapa tukang kaset yang engga jual adalah kebahagiaan yang cukup mengharukan.


Bedanya NOVEL sama FILM:
 
  1. Faktanya, novel dan film itu kaya punya cerita sendiri yang berbeda. Karena mungkin durasi film itu terbatas, tapi imajinasi Bapak Habiburrahman saat menulis novelnya tidak terbatas. Kerennya, di film punya beberapa adegan yang bisa lebih menjelaskan gimana keadaan para pemainnya…yaaa mungkin karena film itu disuguhkan secara visual. Tapi tetep, filmnya juga keren karena bisa merangkum novel Ayat-Ayat Cinta. Maaf kalo ini promosi banget. 
  2. Di novel, Fahri-nta ganteng. Di film, Fahri-nya ternyata emang ganteng. *salahfokus *yaiyalah *secara *FediNuril
  3. Sayangnya, di film, pas Fahri dipenjara itu bukan bulan Ramadhan padahal di novel pas bulan Ramadhan. Lebih berat aja gitu kan pas baca novelnya, Fahri tetep puasa dan tarawih di dalem sel. 
  4. Kerennya, di film, Aisha sendiri yang usaha dan minta Fahri untuk nikahin Maria. Sementara di novel, keluarganya Maria yang dateng ke Fahri dan baru Aisha yang ngebujuk Fahri. 
  5. Kematian Maria di novel dan di film juga beda cerita. Meninggalnya Maria sih kalo menurut saya lebih sedih di novel… Karena, dia mimpi ketemu Mariam –ibu Nabi Isa as- dan dia engga diizinin masuk surga. Sebagai seorang non Islam, dia hafal surat Mariam dan Thaaha dan baca surat tersebut di dalam sekaratnya karena ia ingin masuk surga. Sampai akhirnya…dia bangun dan nyeritain mimpinya ke Fahri dan bilang, “Bantulah aku berwudhu. Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk ke dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalanya dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dan kerelaan Tuhan selama-lamanya. Suamiku, bantu aku berwudhu sekarang juga!” dan akhirnya meninggal setelah membaca 2 kalimat syahadat. Sementara di film, Maria emang usah masuk Islam tapi belum pernah sholat, sampe akhirnya mereka sholat berjamaah dan Maria meninggal. 
Bedanya sih sebenernya masih banyak, tapi bingung gimana nyeritainnya haha. Silahkan beli atau download novelnya dan tonton filmnya ;) Sekian and arigatou.

Wassalamualaikum wr. wb.

NB: Untuk calon dokter yang udah nonton 12x, sadar ga sama semua perbedaan yang saya tulis?:p Kalo engga, berarti gue lebih dewa daripada lo haha

Categories: , ,

0 komentar:

Posting Komentar