Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Iseng buka-buka
file lama dan menemukan file ini:D kalau tidak salah ingat, ini tulisan saya
yang pernah di-posting di salah satu blog untuk keperluan organisasi atau
apalah lupa hehe. Dan sekarang, blognya itu sudah tidak aktif jadi daripada
mubazir lebih baik saya posting ulang di sini hehe.
Klaim: sama
sekali tidak ada maksud menggurui, hanya sekadar berbagi ilmu yang dimiliki
meski tak banyak. “Bagikan walau hanya satu ayat”, iya kan?
Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang wanita yang menanggalkan
pakaiannya di luar rumah, yakni membuka auratnya untuk laki-laki lain, maka
Allah Azza wa Jalla akan mengelupaskan kulit tubuh si wanita itu”. (HR
Imam Ahmad, Thabrani, Hakim, dan Baihaki)
Pada suatu hari, ada 2
orang wanita yang sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Wanita yang
pertama berakhlak sholehah, menyayangi ibunya melebihi menyayangi dirinya
sendiri, selalu menolong disetiap kesusahan saudaranya, tebar senyum dimanapun
dia berada, dan saat ia membuka mulut maka tak akan terdengar kata-kata
menyakitkan untuk mereka yang mendengarnya.
Wanita yang kedua ini
berbeda. Ia masih berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluh disetiap
kesulitannya, kadang muka judesnya terpampang seharian, mencoba membuka mata
untuk melihat sekelilingnya yang ditimpa kesusahan lebih darinya, meraba-raba
apa yang harus ia lakukan agar ibunya bahagia, dan sedang memahami
sebaik-baiknya makna dari kalimat “bicara yang baik atau diam”.
Satu hal yang paling
membedakan mereka dari perbedaan-perbedaan tersebut adalah jilbab. Sang wanita
pertama dengan segala –hampir- kesempurnaan hatinya, hati yang baik dan
penyayang itu justru belum terbuka untuk menerima jilbab. Sementara sang wanita
kedua yang merangkak menuju kesempurnaan hatinya justru telah mencintai jilbab
dengan sepenuh jiwa raganya.
Kedua wanita ini sama-sama
berada dijalan taqwa dengan bekal yang berbeda. Segala sesuatu yang dimiliki
wanita pertama itu diibaratkan sebagai roti, susu, coklat, ikan bakar, ayam
goreng, pizza, dan air mineral. Sementara yang wanita kedua miliki itu
perumpamaannya adalah sebuah keranjang.
Mungkin awalnya keranjang
sang wanita kedua itu tak ada isinya. Namun diperjalanan taqwa itu, ia mulai
mengisinya. Perlahan-lahan, air mineral masuk di dalam keranjang sang wanita
kedua itu. Lalu roti, kemudian susu, dan semakin lama ia berjalan kedepan ia
mendapatkan coklat. InsyaAllah dengan keistiqamahannya, ia akan mendapatkan
semua bekal yang diperlukan. Tak ada yang salah dengan kebaikan sang wanita pertama
yang bekalnya berlimpah ruah itu, hanya saja ia akan kesulitan untuk membawanya
jika tanpa keranjang.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita itu
bila sudah menstruasi (baligh) tidak pantas terlihat tubuhnya kecuali ini dan
ini. Dan beliau menunjukkan muka dan telapak tangannya”. (HR Abu Dawud dan Aisyah)
Begitulah, bagi saya
jilbab adalah wadah. Dan dalam kasus ini wadah tersebut adalah keranjang yang
akan isi dengan perbuatan baik, tulus, ikhlas, dan -insyaAllah mudah-mudahan-
bisa istiqamah. Aamiin.
“Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya, dan
janganlah menampakkan auratnya kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah
suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara
laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara
perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya
yang mereka miliki, atau para playan laki-laki (tua) yang tidak memiliki
keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat perempuan.
Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah SWT
wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (An-Nuur: 31)
Jilbab adalah pemenuh
kewajiban yang telah Allah SWT perintahkan secara jelas dan terang-terangan
dalam Al-Qur’an. Jilbab adalah sebuah hal mutlak yang jika tidak dipenuhi sudah
gamblang apa hukumannya. Namun perbuatan baik yang saat ini telah terlaksana
dengan baik juga bukan hal yang sia-sia. Oleh karena itu, mulailah kenakan jilbab
sebagai pemenuh kewajiban.
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu
dan istri orang-orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal sehingga
mereka tidak diganggu.” (Al-Ahzab: 59)
Jilbabmu tak punya banyak
waktu untuk menunggu kamu datang, kesiapanmu tak layak diperdebatkan, semua
pembelaanmu untuk menunda-nunda semoga disegerakan. Mulailah! Maka siapmu
telah siap, tunda-menundamu telah selesai, dan tibalah padamu kecintaan akan
jilbab insyaAllah.
0 komentar:
Posting Komentar