Selasa, 09 Mei 2017

COPY LEBIH PAHIT DARI KOPI

Saya tahu banyak malapetaka yang timbul dari klik kanan – copy – klik kanan –paste. Saya juga sadar betapa kejinya CTRL + C – CTRL + V. Tapi saya belum benar-benar paham sakitnya dampak dari hal tersebut, sampai datanglah hari dimana tulisan saya ada di page orang lain.

Dasar rampok”. Dua kata pertama yang langsung meluncur dalam otak saya.

Mungkin karena menulis adalah hobi saya, mungkin karena mencatat quotes adalah hobi saya, dan mungkin karena mengagumi penulis karena karyanya juga adalah hobi saya; saya hilang kendali dan ingin meledak. Sebab saya selalu menyisipkan credit, bukan karena saya orang baik ataupun orang sok baik. Sebab saya selalu memberi tanda petik, menuntaskan kewajiban atas hak pemilik tulisan. Sebab penulis perlu diapresiasi karena menginspirasi. Sebab mencuri tulisan orang lain, seperti tindak kriminal di mata saya.

Walaupun tulisan yang di rampok ehm di curi ehm di copas itu tidak sebagus tulisan profesional dan seakan-akan ‘yaelah tulisan gitu doang di copas ae marah, alay lu’...tapi saya –entah kenapa- tetap sulit ikhlas. Walaupun ikhlas ilmu maha tinggi yang mampu membawa orang yang menerapkannya masuk surga, tapi saya –entah kenapa- tetap kesal setengah mati setiap lihat tulisan saya ditempel semena-mena. Walaupun ini, walaupun itu, walaupun ini-itu, pokoknya merampok tulisan orang lain bukanlah hal yang benar menurut saya.

DAN itu berlaku untuk setiap tulisan. Sekalipun hanya tiga kata dalam blog orang, sekalipun hanya nemu di Line Today, sekalipun hanya sekalimat di caption orang, sekalipun ini, sekalipun itu, sekalipun ini-itu. Seperti pencurian uang, berapapun yang dicuri; mencuri tetaplah mencuri.

Sekarang saya paham mengapa kopi bisa sangat disukai. Pahitnya kopi menenangkan pikiran, melarutkan kejenuhan, menerbangkan imajinasi, mendatangkan ide, menghamburkan penat, membawa kenangan, menenggelamkan diri pada ketenangan. Berbeda dengan copy. Jika digunakan tanpa tanggung jawab, pahitnya tak terperi. Pahitnya copy akan membekas di sana, tidak akan larut, namun menempel hingga menjadi kerak. Jika dibentengi dengan tanggung jawab, mungkin pahit itu sebenarnya tak pernah ada. Cukup kopi saja yang pahit.
Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar