Rabu, 31 Mei 2017

BAHAGIA ITU SEDERHANA

Mungkin saya memang sudah memasuki umur, dimana prinsip ‘diam dan menerima lebih baik sebelum gaduh marah-marah lalu akhirnya menyesal’ sudah mulai memenuhi hari-hari untuk dijalani. Saat umur belasan, mungkin prinsip untuk ‘mencoba semua hal tanpa penyesalan’ masih sangat wajar di-aamiin-kan. Namun sekarang, kayaknya ‘berpikir sebelum bertindak’ ada benarnya juga.

Dan demikianlah, semuanya terus berjalan. Saya, keluarga saya, teman-teman saya, dan seluruh kehidupan saya terus tumbuh dengan pemikiran-pemikiran yang (insyaAllah mudah-mudahan) semakin matang. Oleh karena itulah, semakin rumit perjalanan kehidupannya, semakin mensyukuri hal-hal sederhana adalah cara paling mudah menghadapi kerumitan itu.

Dulu waktu masih jadi anak gawl twitter, #BahagiaItuSederhana sempat viral banget. Walaupun sekarang sudah jarang ditemukan, tapi masih ada beberapa yang menggunakan hastag tersebut. Tapi benar ko, bahwa bahagia itu sederhana. Sesederhana memikirkan kembali beberapa kenangan lucu di masa lalu, sesederhana menonton film favorite atau tak sengaja mendengar lagu yang tidak pernah pergi dari playlist di Alfamart pas lagi belanja, sesederhana sampainya barang pesanan kita datang bersama abang JNE, atau sesederhana saya menulis ini. Sebab menulis adalah hobi saya, maka saat menulis, bahagia itu sederhana.

Setiap orang pasti punya versi bahagianya sendiri. Semoga di setiap versinya, bahagia tetaplah sebuah rasa dimana rasa syukur selalu menghampiri dan mengusir jauh-jauh perasaan kesal, benci, tidak diakui, pengkhianatan, dan semua hal buruk lain. Semoga setiap kebahagiaan di setiap sudut dunia ini selalu bisa ditemukan dan dinikmati. Atau kalau tidak bisa ‘ditemukan’, maka ‘diciptakan’ adalah jalan keluar terbaik.

Mungkin ini tidak penting, tapi ada beberapa hal membahagiakan yang ingin saya tulis. Hal-hal yang membuat saya merasakan bahwa #BahagiaItuSederhana. Dan bagi saya, #BahagiaItuSederhana saat:
  • Main, nonton, mendengarkan lagu, bahkan cukup tidur-tiduran dan malas-malasan dengan Ezzar (adik saya). Tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga adalah tempat dimana kebahagiaan bisa dirasakan setiap harinya bahkan tanpa melakukan apapun. Cukup berkumpul dan menghabiskan waktu bersama, maka bahagia sama sekali bukan hal yang perlu dipermasalahkan.
  • Makan Donat Madu atau Martabak Alim, minum Good Day Vanilla Latte, minum Fruit Tea Apple, makan Indomie Goreng, makan coklat (bingung milih merknya, coklat mah apa aja masuk mulut hehe), pokoknya mengisi perut adalah topik yang tidak bisa tidak dibahas kalau masalah bahagia. Titik. Kalau kamu ga setuju, aku ga peduli. /Lah? Wkwk
  •  Bawa motor tanpa macet yang kadang suka bikin pahala ilang, tanpa lampu merah yang kadang waktu nunggunya lebih nyebelin daripada nunggu balesan chat dari kamu hmmm, tanpa jalanan bolong yang kadang suka bikin istigfar dan mikir...’ini jalanan? Apa black hole? Dalem amat..’. Terakhir nih. Bonus. Bawa motor tanpa kenangan-kenangan upay soal jalanan yang sempat kita lewati bersama. EA.
  • Kumpul sama teman-teman dan meng-ghibah bersama. EH? WKWKWK ASTAGFIRULLAH YAAALLAH DASAR KAUM WANITA. Kumpul-kumpul, terutama karena sekarang sudah sulit menyelaraskan waktu bersama, merupakan bahagia yang selalu berusaha diciptakan. Meski kadang hanya berakhir wacana chat grup yang tak habis-habis memberikan harapan palsu hft. Tapi tetap selalu diusahakan oleh tiap-tiap manusia yang ada di grup chat tersebut.
  • Merapikan folder di laptop dan handphone supaya lebih teratur dan gampang kalau mencari sesuatu. Ini mungkin aneh, tapi saya bahagia kaya gitu, gimana dong?:(
  • Santai-santai tanpa deadline. Yaampun, bahkan bahagia seakan tidak punya definisi lagi rasanya. Sebab satu kata ‘deadline’ itu memang sangat mengganggu.
  • Membaca novel, membaca komik, membaca subtitle film ;) asalkan itu bukan buku pelajaran, membaca adalah jalan pintas menuju bahagia. Dengan membaca, dunia lain bisa kita lihat tanpa membutukan bola mata, hal-hal menakjubkan bisa kita rasakan cukup dengan membayangkan, lalu emosi, bisa menguasai meski hanya sebatas tulisan.
  • .....dan banyak lagi yang mudah-mudahan selalu bisa saya rasakan seterusnya. Aaamiin.

Semoga bahagiamu lebih sederhana dari keluhmu. Sekian.

Selasa, 09 Mei 2017

COPY LEBIH PAHIT DARI KOPI

Saya tahu banyak malapetaka yang timbul dari klik kanan – copy – klik kanan –paste. Saya juga sadar betapa kejinya CTRL + C – CTRL + V. Tapi saya belum benar-benar paham sakitnya dampak dari hal tersebut, sampai datanglah hari dimana tulisan saya ada di page orang lain.

Dasar rampok”. Dua kata pertama yang langsung meluncur dalam otak saya.

Mungkin karena menulis adalah hobi saya, mungkin karena mencatat quotes adalah hobi saya, dan mungkin karena mengagumi penulis karena karyanya juga adalah hobi saya; saya hilang kendali dan ingin meledak. Sebab saya selalu menyisipkan credit, bukan karena saya orang baik ataupun orang sok baik. Sebab saya selalu memberi tanda petik, menuntaskan kewajiban atas hak pemilik tulisan. Sebab penulis perlu diapresiasi karena menginspirasi. Sebab mencuri tulisan orang lain, seperti tindak kriminal di mata saya.

Rabu, 03 Mei 2017

CINTA DALAM GELAS

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

LANGSUNG saja, tanpa tedeng aling-aling, kita masuk ke pokok pembahasan; Cinta dalam Gelas. Sebuah novel lanjutan dari Padang Bulan, karya lain dari Andrea Hirata. Lantas ada apa di dalam novel ini? Kurang lebih masih berfokus pada Enong; sang pejuang mimpi yang dijadikan selayaknya peran utama dalam panggung kehidupan yang serba sesak ini. Tapi entah kenapa, di novel ini Enong diceritakan sebagai Maryamah, ya meskipun Maryamah adalah nama asli dari Enong, tapi sudah terbiasa dengan nama Enong di Padang Bulan ketimbang Maryamah.

Namun tenang saja, Enong ataupun Maryamah, sama saja, “filosofi belajarnya, “menantang semua ketidakmungkinan”, termanifestasi menjadi ideologi yang sangat jelas baginya dalam menguasai sesuatu. Ia tak pernah gamang, tak pernah tanggung-tanggung. Keadaan ini membuatku berpikir bahwa ideologi adalah sesuatu yang diperlukan dalam belajar, lebih dari sebuah otoritas. Sementara itu, aku, yang selalu merasa lelah setelah belajar satu jam, patut merasa malu.