Senin, 21 Mei 2018 0:45
Aku baru saja selesai nonton Dilan. Memang seperti inilah aku. Aku
tidak suka keramaian, termasuk tren yang sedang digandrungi. Kalau orang-orang
berduyun-duyun unjuk gigi agar terlihat kekinian, aku lebih memilih hening.
Diam menunggu sepi, dan orang-orang mulai jemu menunjuk diri. Begitupun urusan
Dilan.
Aku pertama kali kenal Dilan lewat novel; Dia
adalah Dilan-ku 1990. Dia persis seperti apa yang
orang-orang katakan (keren, puitis, waw).
Namun pada saat itu, ia tak seterkenal sekarang. Dilan yang dulu aku kenal
lebih hening, karena dia memang tak suka koar-koar menghebatkan diri. Dilan
yang sekarang juga masih sama. Masih hening. Orang-orang yang koar-koar
menghebatkan Dilan. Iya, aku tahu. Aku sepakat Dilan hebat.