Aku pasti sesumbar saat diunggahanku sebelumnya mengatakan aku akan kembali dengan petualangan Disney Sea. Sebelum menulis ini aku mengunjungi blog-ku sendiri dan kulihat tanggal unggahan terakhirku adalah 27 Mei. padahal aku ingat hari ini sudah bulan Oktober, tapi tetap tak tahu diri memastikan dengan berlagak melihat kalender. Sudah tanggal 22, maka 5 hari lagi tepat 5 bulan aku membatu tanpa menulis.
Bila dikilas balik apa-apa saja yang kulakukan selama 5 bulan ke belakang, tentu saja tak penting-penting amat. Kutengok bagaimanapun, kupikir, dan kuingat-ingat keras-keras, memang aku, tak melakukan hal-hal penting nan krusial yang mampu dijadikan alasan.
Kerjaku hanya kerja. Memulai hari senin dengan bekerja, lalu bekerja sepanjang senin-jumat. Mengakhiri sore dengan pulang kerja melewati Jababeka, EJIP, lalu masuk ke Kawasan MM2100 hingga sampai di rumahku setelah menghabiskan satu jam perjalanan. Jika motorku punya kekuatan untuk mengutarakan pendapatnya, ia pasti muak dengan jalan-jalan yang kulewati karena menoton sekali. Kategorinya hanya itu-itu saja; jalan bolong, jalan macet, jalan bolong di tengah macet. Jika penggambarannya dapat diringkas hanya dengan satu kata maka jawabannya adalah; Cikarang.
Apakah pekerjaanku sibuk? Iya, tapi senggangku sebenarnya cukup untuk menulis. Lalu kenapa tidak menulis? Karena aku sibuk maraton nonton film, drakor, dan variety shows. Kurasa Rakib dan Atid hanya perlu menggunakan fitur copy and paste untuk kegiatan harianku. Sungguh aku, jauh dari hamba yang bermanfaat; baik waktu, kegiatan, dan amalannya.
Sudah paragraf kelima dan aku belum menemukan kalimat pembuka untuk menceritakan pengalaman Disney Sea-ku. Bagaimana harus kumulai? Baiklah akan kucoba ingat baik-baik dan satu persatu secara urut.
30 November 2020, jam 07.31 waktu Tokyo, aku sudah berdiri di depan sebuah kereta dengan design Mickey Mouse. Sepanjang hidupku, baru kali itu aku melihat kereta yang digunakan hanya untuk satu tujuan; ke Disney. Jalurnya hanya untuk pergi ke Disney, maka designnya sangat amat Disney.
Sc: google |
Sc: google |
Tak
perlu menggambarkan perasaan anak kecil, pun aku yang berumur 24 tahun girang
bukan main saat pintu kereta terbuka. Kursinya, jendelanya, pernak-perniknya,
semua Mickey Mouse dan semua-semua-semua-nya membuatku tak usai-usai
terkagum-kagum. Mainanku, bonekaku, tontonanku, seluruh masa kecilku seperti
dibayar lunas oleh Disney. Meski ingin sekali kuteriakkan pada Disney untuk
sekalian melunasi mimpi-mimpiku.
Mana princess’ life-ku?
Mana sepatu kaca dan dress-ku yang berbinar-binar?
Kenapa
yang kukenakan lebih sering sepatu kets dan sandal jepit?
Jawab!
Lalu
hening. Telingaku menolak semua suara dari luar. Hingga laju kereta berhenti,
dan pintunya terbuka. Aku berjalan turun, tetap terkagum-kagum akan fakta bahwa
aku bisa menginjakan kaki di Disney. Mataku sibuk melihat-lihat, meski buram
tanpa bantuan kaca mata, ia tetap asik menyusuri tiap sudut; belum percaya akan
pemandangan yang ada didepannya.
Wahana pertama yang kunaiki adalah Tower of Terror; konsepnya mirip seperti Histeria di Dufan. Bedanya? Histeria lebih menakutkan haha. Kalau Tower of Terror, kita diangkat semacam kursi seperti Histeria namun di dalam sebuah ‘lift’. Jadi selama naik ke atas, semuanya gelap gulita sementara Histeria kita bisa sambil melihat pemandangan yang terasa semakin mengecil dan menyeramkan.
Seperti ini parkirannya |
Mohon maaf sebelumnya aku lupa judul wahana keempat, nyari-nyari di google juga gak nemu karena gak pinter ajasih nyarinya ehehe. Pokoknya ini salah satu wahana magic dimana aku sadar bahwa Jepang adalah negara maju. YAELA.
Jadi kita masuk ke dalam kapal laut gitu, nah di sana kita akan ketemu dan ngobrol, bayangin NGOBROL sama Crush (karakter kura-kura di film Nemo). Serius ini NGOBROL LIVE. Maksudnya kan dia tuh cuma ada di layar segede bioskop ya, nah itu kura-kura tuh NGOBROL jir sama kita. Entahlah gimana jelasinnya pokoknya beneran salah satu teknologi Jepang yang bikin nganga.
Amelia Earhart namanya guys. Kalian yang nonton Night of the Museum pasti kenal deh.
Jadi kita naik ke kursi gitu terus ‘terbang’ didepannya disetelin pemandangan dari atas gitu jadi kita kaya terbang beneran. Serius ini rasanya kaya terbang beneran karena ada angin-anginnya gitu dan bahkan ‘harum’ dari tiap wilayah yang kita lewatin tuh berubah. Lewat gunung ya wanginya wangi gunung. Lewat sawah wangi sawah. Serius guys ini gak dilebih-lebihin.
Wahana ke…sebelas. Gila gak sih? Aku ke Disney Sea dan dalam sehari bisa naik wahana untuk kesebelas kalinya!! Bahkan total wahana yang aku naiki itu 12! Wow! Padahal wajarnya ke Disney Sea tuh kalo ada yang berhasil 5 wahana aja udah keren banget karena antriannya yang gak ngotak. Lalu kenapa aku bisa berhasil hingga 12? Simple. Thanks to Corona.
Yes. Jadi aku ke Disney Sea disaat corona lagi ‘agak’ menakutkan untuk warga Jepang. Pengunjung yang datang ke Disney Sea tuh merosot abis karena warga Jepang ketakutan untuk keluar rumah. Apakah aku tidak takut? Apakah karena aku orang asing jadi corona Jepang tak akan masuk ke tubuhku? Tentu saja tidak. Jawabannya sesederhana aku sudah beli tiketnya dan sebentar lagi aku akan pulang ke Indonesia.
Tapi aman ko. Semua protokol kesehatan dijalankan dan social distanding saat antri juga berjalan. Ada bapak-bapak dan ibu-ibu yang selalu semprot-semprot alkohol di pegangan tangga dll. Pokoknya standar Jepang lah beda sama Wakanda.
Oke tadi sampai mana?
Oh wahana ke sebelas; Sindbad’s Storybook Voyage. Wahana ini sangat direkomendasikan sebagai wahana penutup pas udah mau pulang dan udah lelah seharian keliling Disney Sea. Aku sangat bersyukur bisa naik ini sebelum pulang karena awalnya gak ada niatan naik ini sampai ada mbak-mbak Jepang dengan pakaian kearab-araban manggil-manggilin orang-orang untuk ‘naik’ wahana ini karena sepi tanpa antrian.
Konsep wahana ini mirip sama Istana Boneka; naik perahu berjalan dimana penuh dengan boneka. Bedanya? Keseluruhan wahana ini menceritakan kisah Sindbad. Jadi semacam dibacakan buku cerita di atas perahu. Perahu ini jalannya lambat tapi gak lambat-lambat banget. HALAH. Sangat cocok untuk beristirahat tapi disuguhin tontonan menarik.
Hingga
tibalah aku di wahana keduabelas; lupa namanya ehehe. Simple ko ini cuma wahana
kuda yang jalan di lingkaran itu loh. Kuda Putar gak sih namanya kalau di
Indonesia tuh? Nah iya kaya gitu. Sehabis itu…pulang deh. Pulang dengan rasa
puas dan bangga. Engga deng. Tapi...
Dengan
rasa sombong membuncah karena bisa keliling Disney Sea seharian dan ngerasain
12 wahana sekaligus. Sebenarnya niatku menulis tentang Disney Sea tidak hanya ingin menggambarkan wahananya namun saat ini aku hanya sempat menulis demikian jadi nanti kalau sempat, aku akan menulis versi lain. Entah kapan.