Senin, 25 Oktober 2021

DISNEY SEA


Aku pasti sesumbar saat diunggahanku sebelumnya mengatakan aku akan kembali dengan petualangan Disney Sea. Sebelum menulis ini aku mengunjungi blog-ku sendiri dan kulihat tanggal unggahan terakhirku adalah 27 Mei. padahal aku ingat hari ini sudah bulan Oktober, tapi tetap tak tahu diri memastikan dengan berlagak melihat kalender. Sudah tanggal 22, maka 5 hari lagi tepat 5 bulan aku membatu tanpa menulis.


Bila dikilas balik apa-apa saja yang kulakukan selama 5 bulan ke belakang, tentu saja tak penting-penting amat. Kutengok bagaimanapun, kupikir, dan kuingat-ingat keras-keras, memang aku, tak melakukan hal-hal penting nan krusial yang mampu dijadikan alasan.


Kerjaku hanya kerja. Memulai hari senin dengan bekerja, lalu bekerja sepanjang senin-jumat. Mengakhiri sore dengan pulang kerja melewati Jababeka, EJIP, lalu masuk ke Kawasan MM2100 hingga sampai di rumahku setelah menghabiskan satu jam perjalanan. Jika motorku punya kekuatan untuk mengutarakan pendapatnya, ia pasti muak dengan jalan-jalan yang kulewati karena menoton sekali. Kategorinya hanya itu-itu saja; jalan bolong, jalan macet, jalan bolong di tengah macet. Jika penggambarannya dapat diringkas hanya dengan satu kata maka jawabannya adalah; Cikarang.


Apakah pekerjaanku sibuk? Iya, tapi senggangku sebenarnya cukup untuk menulis. Lalu kenapa tidak menulis? Karena aku sibuk maraton nonton film, drakor, dan variety shows. Kurasa Rakib dan Atid hanya perlu menggunakan fitur copy and paste untuk kegiatan harianku. Sungguh aku, jauh dari hamba yang bermanfaat; baik waktu, kegiatan, dan amalannya.


Sudah paragraf kelima dan aku belum menemukan kalimat pembuka untuk menceritakan pengalaman Disney Sea-ku. Bagaimana harus kumulai? Baiklah akan kucoba ingat baik-baik dan satu persatu secara urut.


30 November 2020, jam 07.31 waktu Tokyo, aku sudah berdiri di depan sebuah kereta dengan design Mickey Mouse. Sepanjang hidupku, baru kali itu aku melihat kereta yang digunakan hanya untuk satu tujuan; ke Disney. Jalurnya hanya untuk pergi ke Disney, maka designnya sangat amat Disney.

 

Sc: google

Sc: google

Tak perlu menggambarkan perasaan anak kecil, pun aku yang berumur 24 tahun girang bukan main saat pintu kereta terbuka. Kursinya, jendelanya, pernak-perniknya, semua Mickey Mouse dan semua-semua-semua-nya membuatku tak usai-usai terkagum-kagum. Mainanku, bonekaku, tontonanku, seluruh masa kecilku seperti dibayar lunas oleh Disney. Meski ingin sekali kuteriakkan pada Disney untuk sekalian melunasi mimpi-mimpiku.


Mana princess’ life-ku?

Mana sepatu kaca dan dress-ku yang berbinar-binar?

Kenapa yang kukenakan lebih sering sepatu kets dan sandal jepit?

Jawab! 


Lalu hening. Telingaku menolak semua suara dari luar. Hingga laju kereta berhenti, dan pintunya terbuka. Aku berjalan turun, tetap terkagum-kagum akan fakta bahwa aku bisa menginjakan kaki di Disney. Mataku sibuk melihat-lihat, meski buram tanpa bantuan kaca mata, ia tetap asik menyusuri tiap sudut; belum percaya akan pemandangan yang ada didepannya.


Wahana pertama yang kunaiki adalah Tower of Terror; konsepnya mirip seperti Histeria di Dufan. Bedanya? Histeria lebih menakutkan haha. Kalau Tower of Terror, kita diangkat semacam kursi seperti Histeria namun di dalam sebuah ‘lift’. Jadi selama naik ke atas, semuanya gelap gulita sementara Histeria kita bisa sambil melihat pemandangan yang terasa semakin mengecil dan menyeramkan.

 


Setelah gelap hingga sampai ke atas ‘tower’, maka cahaya baru akan nampak dan memperlihatkan pemadangan dari atas. Lalu dihempaskan hingga bokong tak menyentuh kursi dan jantung serasa jatuh dari rusuk. Namun sensasi Histeria jauh lebih mengerikan, jadi kalau kalian sudah pernah naik Histeria, ini hanya sebuah ‘kejutan’ kecil buat klitik jantung.


Wahana kedua; Journey to the Center of the Earth. Ini seru guys macam cari harta karun jadi kita naik kereta bawah tanah gitu. Wahana ketiga; Toy Story Mania. MY FAVORITEEEEEEEEEEEEE. Selain bisa naik wahana ‘inti’ dari Toy Story, di sini juga banyak ‘side wahana’nya semacam wahana-wahana tambahan nan receh namun menyenangkan. Hal paling epic yang aku temukan di sini adalah parkiran stoler.

Seperti ini parkirannya

Mohon maaf sebelumnya aku lupa judul wahana keempat, nyari-nyari di google juga gak nemu karena gak pinter ajasih nyarinya ehehe. Pokoknya ini salah satu wahana magic dimana aku sadar bahwa Jepang adalah negara maju. YAELA.


Jadi kita masuk ke dalam kapal laut gitu, nah di sana kita akan ketemu dan ngobrol, bayangin NGOBROL sama Crush (karakter kura-kura di film Nemo). Serius ini NGOBROL LIVE. Maksudnya kan dia tuh cuma ada di layar segede bioskop ya, nah itu kura-kura tuh NGOBROL jir sama kita. Entahlah gimana jelasinnya pokoknya beneran salah satu teknologi Jepang yang bikin nganga.


Nah pindah ke wahana kelima, aku ke Nemo-nya ehehe. Nama wahananya adalah Nemo and Friends Sea Rider. Ini agak bocah gitu wahananya cocok sama aku yang sudah berumur. Lanjut ke wahana keenam dan ini agak menantang; Indiana Jones Adventure. Seru nih kek wahana orang dewasa pada umumnya.


Lalu karena kedewasaan yang baru saja aku lewati, aku memutuskan naik Scuttle’s Scooters beuh gila gak ada serem-seremnya wkwkwkwk ini bahkan wahana buat bocil tapi orang dewasa tetap boleh naik. Semacam naik alap-alap pasar malem gitu cuma bedanya ini di Disney Sea.

Semacam lelah sama naik-naikan, aku memutuskan untuk ke The Magic Lamp Theater. Ini seru dan banyak trik-trik sulap gitu. Semacam musical cuma ya dongeng aja gitulah. Ini antrinya agak lama btw kaya satu jam gitu tapi worth to watch. Kemudian aku naik Electric Railway gitu. Ini kaya bukan wahana sih, ini tuh semacam kereta yang bisa kita naikin ke wahana lain yang jaraknya agak jauh. Kenapa? Karena Disney luas. Seluas kasih ibu.

Wahana selajutnya adalah Soaring Fantastic Night. Pas banget inituh kondisinya sudah malam. Dan antriannya panjaaaaaaang banget-bangetan sementara ini adalah antrian free pass. BAYANGIN. Antrian free pass tapi yang ngantri beneran panjang banget kaya ngelist dosa-dosa di dunia. Otomatis kalau gak punya antrian free pass, akan dua kali lipat nunggunya untuk naik wahana ini. Bukannya nyerah malah makin penasaran se-worth to try apa wahana ini.

Setelah lama mengantri, ternyata ini adalah wahana semacam simulasi naik helicopter gitu. Terinspirasi dari perempuan pertama yang mengendarai pesawat. Bentar ya google dulu namanya siapa.


Amelia Earhart namanya guys. Kalian yang nonton Night of  the Museum pasti kenal deh.


Jadi kita naik ke kursi gitu terus ‘terbang’ didepannya disetelin pemandangan dari atas gitu jadi kita kaya terbang beneran. Serius ini rasanya kaya terbang beneran karena ada angin-anginnya gitu dan bahkan ‘harum’ dari tiap wilayah yang kita lewatin tuh berubah. Lewat gunung ya wanginya wangi gunung. Lewat sawah wangi sawah. Serius guys ini gak dilebih-lebihin.


Wahana ke…sebelas. Gila gak sih? Aku ke Disney Sea dan dalam sehari bisa naik wahana untuk kesebelas kalinya!! Bahkan total wahana yang aku naiki itu 12! Wow! Padahal wajarnya ke Disney Sea tuh kalo ada yang berhasil 5 wahana aja udah keren banget karena antriannya yang gak ngotak. Lalu kenapa aku bisa berhasil hingga 12? Simple. Thanks to Corona.


Yes. Jadi aku ke Disney Sea disaat corona lagi ‘agak’ menakutkan untuk warga Jepang. Pengunjung yang datang ke Disney Sea tuh merosot abis karena warga Jepang ketakutan untuk keluar rumah. Apakah aku tidak takut? Apakah karena aku orang asing jadi corona Jepang tak akan masuk ke tubuhku? Tentu saja tidak. Jawabannya sesederhana aku sudah beli tiketnya dan sebentar lagi aku akan pulang ke Indonesia.


Tapi aman ko. Semua protokol kesehatan dijalankan dan social distanding saat antri juga berjalan. Ada bapak-bapak dan ibu-ibu yang selalu semprot-semprot alkohol di pegangan tangga dll. Pokoknya standar Jepang lah beda sama Wakanda.


Oke tadi sampai mana?


Oh wahana ke sebelas; Sindbad’s Storybook Voyage. Wahana ini sangat direkomendasikan sebagai wahana penutup pas udah mau pulang dan udah lelah seharian keliling Disney Sea. Aku sangat bersyukur bisa naik ini sebelum pulang karena awalnya gak ada niatan naik ini sampai ada mbak-mbak Jepang dengan pakaian kearab-araban manggil-manggilin orang-orang untuk ‘naik’ wahana ini karena sepi tanpa antrian.


Konsep wahana ini mirip sama Istana Boneka; naik perahu berjalan dimana penuh dengan boneka. Bedanya? Keseluruhan wahana ini menceritakan kisah Sindbad. Jadi semacam dibacakan buku cerita di atas perahu. Perahu ini jalannya lambat tapi gak lambat-lambat banget. HALAH. Sangat cocok untuk beristirahat tapi disuguhin tontonan menarik. 


Hingga tibalah aku di wahana keduabelas; lupa namanya ehehe. Simple ko ini cuma wahana kuda yang jalan di lingkaran itu loh. Kuda Putar gak sih namanya kalau di Indonesia tuh? Nah iya kaya gitu. Sehabis itu…pulang deh. Pulang dengan rasa puas dan bangga. Engga deng. Tapi...


Dengan rasa sombong membuncah karena bisa keliling Disney Sea seharian dan ngerasain 12 wahana sekaligus. Sebenarnya niatku menulis tentang Disney Sea tidak hanya ingin menggambarkan wahananya namun saat ini aku hanya sempat menulis demikian jadi nanti kalau sempat, aku akan menulis versi lain. Entah kapan.